Dulu aku berkata, "Seorang teman menyayangi temannya karena rasa ingin melindungi, bukan semata-mata ingin memiliki".
Sekarang, aku malah berbalik bertanya, "Apa iya seorang teman bisa memiliki perasaan yang lebih terhadap temannya sendiri? Aneh"
Tapi kenyataan tetaplah kenyataan, ada rasa yang tumbuh terhadap temanku yang satu ini. Awalnya aku tidak menyangka bahwa keadaannya sekarang menjadi begini. Lelucon-lelucon dan gombalan-gombalan ringan yang biasa kami lakukan, lama-lama membuatku merasa ada yang memperhatikan. Padahal aku tahu jelas bahwa itu semua hanya bohong belaka. Ya, HANYA BOHONG, namanya juga nggombal.
Semakin lama, aku pun semakin merasa nyaman setiap kali bersamanya. Tapi dalam pikiranku, pernyataan tidak mungkin ada rasa terhadap teman sendiri itu tetap melekat erat. Sayangnya, perhatian yang dia curahkan ternyata mampu merobohkan pendirianku.
Aku tidak mau terlalu berharap. Toh, aku tidak begitu mengetahui kesehariannya. Kepo pun rasanya buat apa, kami punya jalan hidup masing-masing. Jadi kuputuskan untuk menjalaninya saja.
Suatu hari, seseorang memberitahu aku bahwa temanku ini katanya ingin mengejar seseorang. Dan aku, tanpa berpikir panjang langsung mengirimkan pesan singkat padanya dengan inti isi pokoknya fokuslah mengejar orang itu.
Bersamaan dengan itu, rasanya mendadak malas bertemu dengannya. Badmood pun melanda, tanpa alasan yang jelas. Aku pun bertanya dalam hati, "Apa ini cemburu?". Begitulag seterusnya pikiranku berkemelut sampai rasanya ingin meledak!
Tak berapa lama kemudian, temanku itu menelpon dalam keadaan bingung. Dia bertanya apa maksudku, siapa gadis yang aku maksud. Aku pun bingung akan menjawab apa. Aku tidak tahu siapa yang harus kupercaya. Dan akhirnya aku sadar kalau aku baru saja cemburu buta.. Ah sial.
Hari-hari berikutnya berlalu. Dan lagi-lagi aku marah. Perkara aku mengirim pesan padanya, tapi begitu lain kali aku lihat, pesan dariku itu tidak ada. Kemana? Tidak tahu.
Aku merasa dibohongi. Padahal aku baru saja mulai mempercayai dia. Apa aku salah? Ya, mungkin aku saja yang terlalu berharap padanya. Tapi perhatian dan caranya memperlakukanku tidak bisa dibilang cuma teman biasa.
Yang aku rasakan, sepertinya aku hanya mengenalnya dalam dunia maya saja. Terlepas dari itu, aku tidak ada dalam dunianya, dunia nyata dalam kesehariannya.
Jadi hatiku, kamu mau apa? Kamu masih belum jauh mengenalnya. Jangan menaruh harapan padanya terlalu jauh pula. Nikmati saja dulu. Siapa tahu ada kejutan darinya untuk kita. Soal kepercayaan, aku tahu itu hal tersulit yang saat ini belum bisa kita lakukan. Semoga saja jika memang dia bukan pembohong, kamu akan singgah dihatinya dengan sendirinya.
Biar waktu yang menjawab, hatiku. Percayalah aku pasti akan memilih yang terbaik buatmu, juga diriku :)
Sekarang, aku malah berbalik bertanya, "Apa iya seorang teman bisa memiliki perasaan yang lebih terhadap temannya sendiri? Aneh"
Tapi kenyataan tetaplah kenyataan, ada rasa yang tumbuh terhadap temanku yang satu ini. Awalnya aku tidak menyangka bahwa keadaannya sekarang menjadi begini. Lelucon-lelucon dan gombalan-gombalan ringan yang biasa kami lakukan, lama-lama membuatku merasa ada yang memperhatikan. Padahal aku tahu jelas bahwa itu semua hanya bohong belaka. Ya, HANYA BOHONG, namanya juga nggombal.
Semakin lama, aku pun semakin merasa nyaman setiap kali bersamanya. Tapi dalam pikiranku, pernyataan tidak mungkin ada rasa terhadap teman sendiri itu tetap melekat erat. Sayangnya, perhatian yang dia curahkan ternyata mampu merobohkan pendirianku.
Aku tidak mau terlalu berharap. Toh, aku tidak begitu mengetahui kesehariannya. Kepo pun rasanya buat apa, kami punya jalan hidup masing-masing. Jadi kuputuskan untuk menjalaninya saja.
Suatu hari, seseorang memberitahu aku bahwa temanku ini katanya ingin mengejar seseorang. Dan aku, tanpa berpikir panjang langsung mengirimkan pesan singkat padanya dengan inti isi pokoknya fokuslah mengejar orang itu.
Bersamaan dengan itu, rasanya mendadak malas bertemu dengannya. Badmood pun melanda, tanpa alasan yang jelas. Aku pun bertanya dalam hati, "Apa ini cemburu?". Begitulag seterusnya pikiranku berkemelut sampai rasanya ingin meledak!
Tak berapa lama kemudian, temanku itu menelpon dalam keadaan bingung. Dia bertanya apa maksudku, siapa gadis yang aku maksud. Aku pun bingung akan menjawab apa. Aku tidak tahu siapa yang harus kupercaya. Dan akhirnya aku sadar kalau aku baru saja cemburu buta.. Ah sial.
Hari-hari berikutnya berlalu. Dan lagi-lagi aku marah. Perkara aku mengirim pesan padanya, tapi begitu lain kali aku lihat, pesan dariku itu tidak ada. Kemana? Tidak tahu.
Aku merasa dibohongi. Padahal aku baru saja mulai mempercayai dia. Apa aku salah? Ya, mungkin aku saja yang terlalu berharap padanya. Tapi perhatian dan caranya memperlakukanku tidak bisa dibilang cuma teman biasa.
Yang aku rasakan, sepertinya aku hanya mengenalnya dalam dunia maya saja. Terlepas dari itu, aku tidak ada dalam dunianya, dunia nyata dalam kesehariannya.
Jadi hatiku, kamu mau apa? Kamu masih belum jauh mengenalnya. Jangan menaruh harapan padanya terlalu jauh pula. Nikmati saja dulu. Siapa tahu ada kejutan darinya untuk kita. Soal kepercayaan, aku tahu itu hal tersulit yang saat ini belum bisa kita lakukan. Semoga saja jika memang dia bukan pembohong, kamu akan singgah dihatinya dengan sendirinya.
Biar waktu yang menjawab, hatiku. Percayalah aku pasti akan memilih yang terbaik buatmu, juga diriku :)
0 motivation:
Post a Comment