Sunday, March 25, 2012

Cape of Good Hope, I entrust my hopes

"Berapa lama lagi kita akan sampai? Jauh kah?".
"Masih beberapa ratus mil lagi, bersabarlah", jawabku.
"Baiklah.. Setidaknya tetaplah memperhatikan rute petanya", lanjutmu sambil terus fokus mengendarai mobil.

Haii... Aku sedang bersama kekasihku. Kami sedang melakukan perjalanan panjang kami ke... PARIS! Ya, Paris! Kota indah itu sudah menjadi impian kamu berdua sejak lama. Bahkan kami sudah menyusun jadwal apa saja yang akan kami lakukan saat tiba di sana. Hahahahaha.. Lucu sekali bukan? Padahal menginjakkan kaki pun belum pernah, tapi kami semangat sekali!

Wuuu...Kami sudah bertahun-tahun mempersiapkan segalanya. Pasti kalian berpikir kenapa kami tidak memilih perjalanan naik pesawat yang nyaman? Yah alasannya mudah saja, karena kami ingin menikmati perjalanan kami, sama seperti perjalanan cinta yang telah kami lalui bersama selama ini. Kami yakin pasti bisa melaluinya bersama. Setidaknya sampai kami tiba di persimpangan jalan menuju Pelabuhan di Port Said.
****
"Bagaimana kamu ini, kan sudah kubilang lihat terus petanya!", ujarmu sedikit membentak
"Tapi benar kok ini persimpangannya, kita ke kiri supaya sampai di pelabuhan", terangku.
"Lihatlah petunjuk jalannya, ke kanan adalah yang ke pelabuhan", bantahnya.
"Hmm.. Tapi kompas menunjukkan kita berjalan ke arah yang benar", sahutku lagi
"Arrghh.. Entahlah. Tak ada orang lewat yang bisa kita tanyai juga", katamu.
"Jadi, kita kemana?", tanyaku lagi
"Entah!", bentakmu.
"Heii, kenapa kamu marah? Aku cuma berusaha mengikuti apa yang kamu suruh kan!", bentakku balik.

Beberapa lama kemudian kami masih terus bercekcok dan berusaha mempertahankan argumen kami masing-masing. Akhirnya aku mengalah, aku turun dari mobil dan mengambil sepeda lipat. Sambil membawa ransel yang diisi seadanya. Uang, kamera, peta, air mineral, kompas, dan beberapa baju lalu aku berpamitan padanya.

Aku tahu aku tidak bisa terus menyudutkannya. Ego dilawan ego sama dengan menghancurkan kepercayaan satu sama lain. Aku membiarkannya memilih jalan kami masing-masing. Aku tidak tahu bagaimana reaksinya saat aku pergi, yang pasti dia tidak berkomentar sama sekali. Ya.. memang dia itu orangnya melihat lurus ke depan terus, seperti saat dia menyetir, hahaha... Jarang melihat ke belakang, dan cenderung cuek terhadap apapun yang sudah lewat. Sebentar lagi paling-paling dia lupa habis bertengkar denganku. Ah sudahlah..

****
Jarak yang kutempuh tidak terlalu jauh. Aku memang sampai di pelabuhan, tapi lebih sepeti pelabuhan bongkar muat barang daripada pelabuhan penyeberangan. Lalu aku bertanya kepada salah seorang pria tua berjenggot tentang pelabuhan ini. Ternyata aku salah pelabuhan. Dan pikiranku pun langsung menerawang dan berujar, "Ah pasti dia sekarang sedang menertawakan kebodohanku". Tapi nasi telah menjadi bubur, aku pun tetap kekeh menyeberang melalui pelabuhan ini. Pak tua tadi mengatakan aku bisa menumpang kapalnya, tapi dia akan berlayar memutari Afrika sambil berdagang. Tak masalah bagiku.

****
Sepanjang perjalanan aku teringat padanya. Kubuka kameraku dan kulihat beberapa jepretan kami selama perjalanan. Aku mengulang-ulangnya terus tanpa bergeming, hanya menerawang jauh, memikirkan banyak hal. Keegoisan, pertengkaran tak berguna itu pun muncul karenanya. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul dibenakku. Apa kamu menemukan pelabuhannya? Apa kamu sudah menyeberang? Apa kamu sudah melewati Yunani, Swiss? Apa kamu... memikirkan aku?

Entah berapa lama waktu yang harus kutempuh untuk mencapai Paris. Harapan. Aku butuh harapan. Masih adakah? Masih adakah harapan untukku bertemu dengannya? Semoga, ujarku lirih dalam hati.

****
Satu hari berlalu. Aku sampai di Madagaskar. Kusempatkan memotret beberapa pemandangan di sana untuk mengusir penatku selama perjalanan. Lalu aku bertanya pada pak tua akan berhenti dimana kita selanjutnya? "Tanjung Pengharapan", ujarnya bersemangat.

Tanjung Pengharapan? Hmm.. Aku pernah mendengarnya. Tempat seperti apakah itu? Aku ingin segera menginjakkan kaki di sana. Harapan? Ya, sepertinya memang di sanalah aku bisa mencari harapan itu. Doakan aku.

****
Aku tiba di Tanjung Pengharapan, Cape of Good Hope. Semoga apa yang kudapat benar-benar harapan bagus. Aku diam sejenak, berpikir, lalu aku berjalan menuju sebuah karang besar yang menghadap ke laut lepas dan berdiri di atasnya. Kupejamkan mata, kubiarkan hembusan angin laut menerpa rambutku. Aku merangkai kata dan dalam hati berdoa agar Tuhan memberikanku harapan untuk bertemu denganmu lagi, walaupun tidak di Paris. Lalu aku tersenyum dan menggenggam harapan itu. Setidaknya sampai kita bertemu, suatu hari nanti. :)

If only Cape of Good Hope could give me hope to make us back together
If only Cape of Good Hope could grant my hope so it would ask you to forgive me
If only Cape of Good Hope could hear and speak, it would tell you to wait me there!


9 motivation:

Cabbag Story said...

Nyik. mau nanya. jangan marah ya. :D

Kalo diibaratkan cinta itu suatu perjalanan, nah tujuannya itu dalam artian sebenernya itu kemana?

Eh, coba ke Parisnya naik pesawat. Kan gak usah ada acara "turunin gueh aja". Kan gak mungkin dari atas pesawat terjun gitu. -_- Lagipula gak bakal ada engkel-engkelan kan? Semua kan tergantung pilot. -_-

Kalau misalnya tujuannya sama ke Paris, nah nanti kan bakal ketemu lagi seh? -_- Atau bisa ditelpon. "Eh, say udah nyampeh mana nih?" atau SMS. -_- Atau bilang "aku minta maaf, aku khilaf say :("

Trus, kalo nyetir mobil kan sesekali harus liat spion seh alias lihat ke belakang. Kalo terus liat kedepan gimana nantinya? Kalo mau nyabrang misalnya g toleh2 atau g liat spion, malah tambah kecelakaan kan? -_-

Oh, ya cuma mau nambahin. Konon, di tanjung harapan itu tempatnya menyeramkan. Sering terjadi badai. Banyak kapal karam disana. Nah, makanya namanya diubah jadi Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) biar kesan angker dan menakutkannya hilang. Itu emangnya tempat buat make a wish gitu ya? -_-

Atas jawabannya saya ucapkan banyak-banyak terimakasih. :D

Febrina Maharani said...

huahahhaa arief yooh, kan iki fiksi ripp...

ini aku bikin ceritanya bukan paris sebagai tujuan kayak pelaminan gitu, tapi cuma sebagai tujuan awal cerita sebelum konflik.

soal yg pesawat, aku kan cari perjalanan yang so sweet rip! ayo kamu belajar nggombal sana :D

ngapain pake hp? kan udah bersama terus rip dari awal. lagian kalo misal ditelusuri, gak bawa hape biar introspeksi duluuuuu..

oke yg spion ini aku agak salah emang, aku awale pas nulis juga mau nambahin "liat kebelakang saat atret doang" tapi gajadi.

maksudnya itu orangnya gak mau belajar dari masa lalu rip, ada org yg kayak gitu (contoh: mantan saya)
makanya ini ada unsur cerita cintaku sama dia jugaa dikit hehehe..

iyaa aku tau kalo soal yg namanya diubah jadi tanjung harapan, maksudku termasuk menghilangkan kesan menakutkan. tapi topikku kan harapan, jadi tak sangkut pautkan aja. toh kan habis diganti nama itu, pelayar portugis kan menganggap disitulah harapan buat menemukan rempah-rempah, dan akhirnya menemukan india :)

Cabbag Story said...
This comment has been removed by the author.
Cabbag Story said...

Aseek. :D
Trus hubungane karo ngegombal iku opo?
Oke, aku akan belajar. :D
Tapi, kalo mau gombal-gombalan jangan disini tempatnya, malu ih diliatin orang. #boh

Wahai, Nyik temanku, kisah cinta tidak akan berakhir walau sudah ke pelaminan. Ya khan?

Kamu silahkan temukan Indiamu nyik. :D #promosiIndia

Eh, ya aku pernah denger quote gini.
"Aku gak mau kisah cinta kita berakhir bahagia. Karena kisah cinta kita itu gak akan pernah berakhir."

Febrina Maharani said...

wahahahha.. emang mau nyepik aku kamu? kalah aku dulu maen ngocol! HUAHAHAHHA

bukan berakhir di pelaminan rippp, tapi maksudnya tujuan berdua itu, mungkin aja sebagai batas antara kekasih menjadi suami-istri kaann :D

Nice quotes :)

Cabbag Story said...

Nyepik itu apa? Ngomong bukan? -_-
Sebebernya mau nulis komen yang sama. Tapi ada bagian yang kurang dikit di quotenya, salah tadi. :D
Aku mah udah sering menang main ngocol sama kamu nyik. :D

Febrina Maharani said...

koyok ngerayu gitu, semacam nggombal lah..
hahahahaha...
yowes maen UNO!

azzaitun said...

bagus dek !
cuman mau ngoreksi aja ya, bergeming itu tidak bergerak, kalo tigak bergeming berarti bergerak :D

hoho lanjutkan !!
harus belajar banyak dari kamu soal nulis cerpen :)

Febrina Maharani said...

ooh gitu, okeoke tak ganti dulu kalo gitu mbak :D
hehehehe belajar dimana mbaak?

Post a Comment

 
;